Raja Thalout
Tugas pertama yang
dilakukan oleh thalout setelah dinobatkan sebagai raja ialah menyusun kekuatan
dengan menghimpunkan para pemuda dan orang-orang yang masih kuat untuk menjadi
tentera yang akan mengahdapi bangsa Palestin yang terkenal kuat dan berani.
Ia menyusun bala
tenteranya dari orang-orang yang masih kuat, tidak mempunyai tanggungan
keluarga, tidak mempunyai ikatan-2 dagang usaha sehingga dapat membulatkan
tekadnya untuk berjuang dan memusatkan fikiran dan tenaga bagi mencapai
kemenangan dna menghalaukan musuh dari negeri mereka dengan semangat yang teguh
yang tidak tergoyahkan. Sebagai ujian untuk mengetahui sampai sejauh mana
rakyatnya atau barisan tenteranya yang disusun itu berdisiplin mengikuti
komando dan perintahnya, Thalout berkata mereka: "Kamu dalam perjalananmu
di bawah terik panasnya matahari akan melalui sebuah sungai. Maka barang siapa
di antara kamu minum dari air sungai itu, ia bukan pengikutku yang setia yang
dapat kupercayai kesungguhan hatinya dan kebulatan tekadnya. Sebaliknya
barangsiapa di antara kamu yang hanya menciduk air sungai itu seciduk tangan
untuk sekadar membasahi kerongkongannya, maka ia ialah seorang pengikutku dan
tentera yang benar-benar dapat kuandalkan keberaniannya dan
kedisiplinannya."
Ternyata apa yang
dikhuatirkan oleh Thalout telah terjadi dan menjadi kenyataan. Setiba barisan
tentera Thalout di sungai yang dimaksudkan itu, hanya sebahagian kecil
sahajalah dari mereka yang berdisiplin mengikuti petunjuk Thalout secara tepat.
Sedang bahagian yang besar tidak dapat bersabar menahan dahaganya dan minumlah
mereka dari air sungai itu sepuas-puas hatinya.
Walaupun telah terjadi
pelanggaran disiplin oleh sebahagian besar dari anggota tenteranya, thalout
tetap berkeras hati melanjutkan perjalanannya menuju ke medan perang dg pasukan
yang tidak bersatu padu dan berdisiplin sebagaimana ia menduga dan
mengharapkannya. Ia hanya bersandar dan mengandalkan kekuatan tenteranya kepada
bahagian kecil yang sudah ternyata setia dan patuh kepada perintah dan
petunjuknya. Sedang terhadap mereka yang sudah melanggar perintahnya dan minum
dari air sungai itu, Thalout bersikap sabar, lunak dan bijaksana untuk
menghindari keretakan di dalam barisan tenteranya sebelum menghadapi musuh.
Tatkala mereka tiba di
medan perang dan berhadapan dengan musuh, sebahagian drp pasukan Thalout ialah
mereka yang telah melanggar disiplin dan minum dari air sungai, merasa kecil
hati dan ketakutan melihat pasukan musuh yang terdiri dari orang-orang kuat dan
besar-besar dengan peralatan yang lebih lengkap dan jumlah tentera yang lebih
besar di bawah pimpinan seorang komandan bernama "Jalout".
Jalout, panglima
komandan pasukan musuh terkenal seorang panglima yang berani, cekap dan
terkenal tidak pernah kalah dalam peperangan. Tiap orang yang berani bertarung
dengan dia pasti jatuh terbunuh. Namanya telah menimbulkan rasa takut dan kecil
hati pada bahagian besar dari pasukan Thalout. berkata mereka kepadanya:
"Kami tidak berdaya dan tidak akan sanggup menghadapi dan melawan Jalout
berserta tenteranya hari ini. Mereka lebih lengkap peralatannya dan lebih besar
bilangannya daripada pasukan kami."
Akan tetapi kelompok
yang setia yang merupakan golongan yang kecil dalam pasukan Thalout, tidak
merasa takut dan gentar menghadapi Jalout dan bala tenteranya, walaupun mereka
lebih besar dan lebih lengkap peralatannya karena mereka keluar ke medan perang
mengikuti Thalout dengan tekad yang bulat hendak membebaskan negerinya dari
para penyerbu dengan berbekal tawakkal dan iman kepada Allah. Sejak mereka
melangkahkan kaki keluar dari rumah mereka sudah berniat bulat berjuang
bermati-matian melawan musuh yang telah merampas rumah dan tanah mereka dan
bersedia mati untuk tugas suci itu. Berkata mereka kepada kawan-2nya kelompok
pengecut itu: "Majulah terus untuk bertempur melawan musuh. Kami tidak
akan kalah karena bilangan yang sedikit atau kerana kelemahan fizikal. Kami
akan menggondol kemenangan bila iman di dalam dada kami tidak tergoyahkan dan
kepercayaan kami akan pertolongan Allah tidak menipis. Berapa banyak terjadi
sudah, bahwa kelompok yang kecil jumlahnya mengalahkan kelompok yang besar,
bila Allah mengizinkannya dan memberikan pertolongan-Nya. Dan Allah selalu
berada di sisi orang-orang yang beriman, sabar dan bertawakkal."
Dengan tidak
menghiraukan kasak-kusuk dan bisikan kelompok pengecut yang ingin mundur dan
melarikan diri dari kewajiban berperang, Raja Thalout terus maju memimpin
pasukannya seraya bertawakkal kepada Allah memohon pertolongan dan perlindungan-Nya.
Setelah kedua pasukan
merapat berhadapan satu dengan yang lain dan pertempuran dimulai, keluarlah
dari tengah-2 barisan bangsa Palestin, panglima besarnya yang bernama Jalout
berteriak dengan sekuat suaranya menentang pasukan Thalout mengajak bertarung
seorang lawan seorang Berulang-ulang ia
berseru dengan suara yang lantang agar pihat Thalout mengeluarkan seorang yang
akan melawan dia bertanding dan bertarung namun tidak seorang pun keluar adri
tengah pasukan Bani Isra'il menghadapinya. Kata-kata ejekan dan hinaan
dilontarkan oleh Jalout kepada pihak musuhnya, pasukan Bani Isra'il yang sedang
dicekam oleh rasa takut dan bimbang menghadapi Jalout yang sudah termasyur
sebagai jaguh yang tidak pernah terkalahkan itu.
Pada saat yang kritis
dan tegang itu di mana rasa malu rendah diri memenuhi dada dan hati para
pemimpin pasukan Bani Isra'il yang sedang memandang satu kepada yang lain,
seray bertanya-tanya dalam hati masing-2 gerangan siapakah di antara mereka
yang dapat maju membungkam ,ulut si Jalout yang berteriak-teriak itu dan
melawannya, datanglah pada saat itu menghadap raja Thalout seorang lelaki
remaja berparas tampan, bertubuh kekar dan tegak, sinar matanya memancarkan
keberanian dan kecerdasan. Ia meminta izin dari sang raja untuk keluar
menyambut tentangan Jalout dan menandinginya.
Thalout merasa kagum
akan keberanian pemuda yang telah menawarkan dirinya untuk bertarung dengan
Jalout, sementara orang-orang dari pasukannya sendiri yang sudah berpengalaman
berperang tidak ada yang tergerak hatinya untuk menyahut cabaran Jalout yang
berteriak-teriak melontarkan ejekan dan hinaan. Thalout dengan cermat
memperhatikan perawakan sang pemuda itu merasa berat dan ragu-ragu untuk
memberi izin kepadanya turun ke gelanggang melawan Jalout. Ia tidak
membayangkan seorang dalam usia semuda itu, yang belum pernah turun ke medan
perang dan tiak berpengalaman bertarung akan selamat dan keluar hidup dari
pertarungan melawan Jalout. Ia benar-benar bukan tandingannya, kata hati
Thalout, bahkan merupakan suatu dosa bila ia melepaskan pemuda itu bertarung
dengan Jalout. Sayang bagi usianya yang masih muda itu bila ia akan menjadi
korban dan makanan pedang Jalout yang tidak pernah memberi ampun kepada
lawan-lawannya.
Sang pemuda dengan
memperhatikan roman muka Thalout dapat menangkap isi hatinya bahwa ia ragu-ragu
dan bimbang untuk melepaskannya bertarung dengan Jalout maka berkatalah ia
kepadanya: "Janganlah engkau terpengaruh oleh usia mudaku dan keadaan
fizikalku yang menjadikan engkau ragu-ragu dan khuatir melepaskan aku melawan
Jalout karena yang menentukan dalampertarungan bukanlah hanya kekuatan fizikal
dan kebesaran badan akan tetapi yang lebih penting dari itu ialah keteguhan
hati dan keuletan bertempur serta iman dan kepercayaan kepada Allah yang menentukan
hidup matinya seseorang hamba-Nya. beberapa hari yang lalu aku telah berhasil
menangkap seekor singa dan membunuhnya tatkal ia hendak menyergap dombaku dan
sebelum itu terjadi pula aku menghadang seekor beruang yang ganas dan berhasil
membunuhnya setelah bergulat mati-matian. Maka bukanlah usia atau kekuatan
badan yang merupakan faktor yang menentukan dalam pertempuran tetapi keberanian
dan keteguhan hati serta kelincahan dan kecepatan bergerak dengan disertai
perhitungan yang tepat, itulah merupakan senjata yang lebih ampuh dalam setiap
pertarungan."
Mendengar kata-kata
yang penuh semangat yang keluar dari hati yang ikhlas dan jujur sedarlah
Thalout bahawa pemuda itu berkemahuan keras ingin melawan Jalout. Ia percaya
kepada dirinya sendiri bahwa ia dapat mengalahkannya maka diberinyalah izin dan
restu oleh Thalout untuk melaksanakan kehendaknya dengan diiringi doa semuga
Allah melindunginya dan mengurniainya dengan kemenangan yang diharap-harapkan
oleh seluruh anggota pasukan. Kemudian ia diberinya pedang, topi baja dan zirah
baju besi namun ia enggan mengenakan pakaian yang berat itu dan pedang pun ia
menolak untuk membawanya dengan alasan ia belum biasa menggunakan senjata itu.
Ia hanya membawa sebuah tongkat beberapa batu kerikil dan sebuah bandul untuk
melemparkan batu-batu itu.
Berkatalah Thalout
kpanya: "Bagaimana engkau dapat bertarung dengan hanya bersenjatakan
tongkat, bandul dan batu-batu melawan Jalout yang bersenjatakan pedang, panah
dan berpakaian lengkap?"
Pemuda itu menjawab:
"Tuhan yang telah melindungiku dan taring singa dan kuku beruang akan
melindungiku pula dari pedang dan panah Jalout yang durhaka itu." Lalu
dengan berbekalkan senjata yang sgt sedrhana itu, keluarlah ia dari tengah-2
barisan Bani Isra'il menuju gelanggang di mana Jalout sedang menari-nari
mengelu-elukan pedangnya seraya berteriak-teriak mengejek dan menyombangkan
diri.
Tatkala Jalout melihat
bahwa yang masuk gelanggang hendak bertanding dengan dia adalah seorang pemuda
remaja tidak bersenjatakan pedang atau panah dan tidak pula mengenakan topi
baja dan zirah, dihinalah ia dan diejek dengan kata-kata: "Utk apakah
tongkat yang engkau bawa itu."Utk mengejar anjingkah atau untuk memukul
anak-anak yang sebaya dengan engkau? Di mana pedangmu dan zirahmu? Rupa-rupanya
engkau sudah bosan hidup dan ingin mati padahal engkau masih muda yang belum
merasakan suka-dukanya kehidupan dan yang masih harus banyak belajar dari
pengalaman. Majulah engkau ke sini akan aku habiskan nyawamudalam sekelip mata
dan akan kujadikan dagingmu makanan yang lazat bagi binatang-2 di darat dan
burung-2 di udara."
Sang pemuda menjawab:
"Engkau boleh bangga dengan zirah dan topi bajamu, boleh merasa kuat dan
ampuh dengan pedang dan panahmu yang tidak akan sanggup menyelamatkan nyawamu
dan tanganku yang masih halus dan bersih ini. Aku datang ke sini dengan nama
Allah Tuhan Bani Isra'il yang telah lama engkau hina, engkau jajah dan engkau
tundukkan. Engkau sebentar lagi akan mengetahui pedang dan panahkah yang akan
mengakhiri hayatku atau kehendak Allah dan kekuasaan-Nya yang akan meranggut
nyawamu dan mengirimkan engkau ke neraka Jahannam?"
Melihat Jalout
melangkah maju, maka sebelum ia sempat mendekatinya, sang pemuda segera
mengeluarkan batu dari sakunya, melemparkannya dengan bandul tepat ke arah kepala
Jalout yang seketika itu juga mengalirkan darah dengan derasnya hingga menutupi
kedua matanya, lalu diikuti dengan lemparan batu kedua dan ketiga oleh sang
pemuda hingga terjatuhlah Jalout tertiarap di atas lantai menghembuskan nafas
terakhirnya.
Bergemuruhlah suara
teriakan gembira dan sorak-sorai dari pihak pasukan Bani Isra'il menyambut
kemenangan pemuda gagah perkasa itu atas Jalout jaguh dan kebanggaan bangsa
Palestin. Dan dengan matinya Jalout hilanglah semangat tempur pasukan Palestin
dan mundurlah mereka melarikan diri tunggang-langgang seraya dikejar dan diajar
tanpa ampun oleh pasukan Thalout yang telah memperoleh kembali semangat
juangnya dan harga diri serta kebanggaan nasionalnya.
Isi cerita di atas
dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Baqarah" ayat 246 sehingga
251 yang bermaksud :~
"246~ Apakah kamu
tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Isra'il sesudah Nabi Musa, iaitu ketika
mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang
raja supaya kami dapat berperang {di bawah pimpinannya} di jalan Allah."
Nabi mereka berkata: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang,
kamu tidak akan berperang`." Mereka menjawab : "Mengapa kami tidak
mahu berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari
kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu
diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di
antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim. 247~ Nabi
mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah mengangkat Thalout
menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalout memerintah kami
padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia
pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi mereka berkata:
"Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya
ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberi pemerintahan kepada
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha
Mengetahui. 248~ Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya
tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya tabout kepadamu di dalamnya
terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan
keluarga Harun tabout itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat tanda bagimu jika kamu orang yang beriman. 249~ Maka tatkala
Thalout ke luar membawa tenteranya ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan
menguji kamu dengan satu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya,
bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tidak merasakan airnya kecuali orang
yang hanya menciduk seciduk tangan, maka ia adalah pengikutku." Kemudian
mereka meminumnnya terkecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala
Thalout dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu,
orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari
ini untuk melawan Jalout dan tenteranya." Orang-orang yang menyakini bahwa
mereka akan menemui jalan Allah berkata: "Berpa banyak terjadi golongan
yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Allah
berserta orang-orang yang sabar. 250~ tatkala Jalout dan tenteranya telah
nampak oleh mereka, mereka pun berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah
kesabaran atas diri kami dan kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami
terhadap orang-orang kafir." 251~ Mereka {tentera Thalout} mengalahkan
tentera Jalout dengan izin Allah dan {dalam peperangan itu} Daud membunuh
Jalout, kemudian Allah memberikan kepadanya {Daud} pemerintahan dan hikmah {sesudah
meninggalkan Thalout} serta Allah mengajarkan kepadanya apa yang
dikehendaki-Nya." { Al-Baqarah : 246 ~ 251 }
Komentar
Posting Komentar