Nabi Daud mendapat Godaan
Daud dapat menangani
urusan pemerintahan dan kerajaan, mengadakan peraturan dan menentukan bagi
dirinya hari-hari khusus untuk melakukan ibadah dan bermunajat kepada Allah,
hari-hari untuk peradilan, hari-hari untuk berdakwah dan memberi penerangan
kepada rakyat dan hari-hari menyelesaikan urusan-urusan peribadinya.
Pada hari-hari yang
ditentukan untuk beribadah dan menguruskan urusan-2 peribada, ia tidak
diperkenankan seorang pun menemuinya dan mengganggu dalam khalawatnya, sedang
pada hari-hari yang ditentukan untuk peradilan maka ia menyiapkan diri untuk
menerima segala lapuran dan keluhan yang dikemukan oleh rakyatnya serta
menyelesaikan segala pertikaian dan perkelahian yang terjadi diantara sesama
mereka. Peraturan itu diikuti secara teliti dan diterapkan secara ketat oleh
para pengawal dan petugas keamanan istana.
Pada suatu hari di
mana ia harus menutup diri untuk beribadah dan berkhalwat datanglah dua orang
lelaki meminta izin dari para pengawal untuk masuk bagi menemui raja. Izin
tidak diberikan oleh para pengawal sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namun
lelaki itu memaksa kehendaknya dan melalui pagar yang dipanjat sampailah mereka
ke dalam istana dan bertemu muka dengan Daud.
Daud yang sedang
melakukan ibadahnya terperanjat melihat kedua lelaki itu sudah berada di
depannya, padahal ia yakin para penjaga pintu istana tidak akan dapat
melepaskan siapa pun masuk istana menemuinya. Berkatalah kedua tamu yang tidak
diundang itu ketika melihat wajah Daud menjadi pucat tanda takut dan terkejut:
"Janganlah terkejut dan janganlah takut. Kami berdua datang kemari untuk
meminta keputusan yang adil dan benar mengenai perkara sengketa yang terjadi
antara kami berdua."
Nabi Daud tidak dapat
berbuat selain daripada menerima mereka yang sudah berada didepannya,
kendatipun tidak melalui prosedur dan protokol yang sepatutnya. Berkatalah ia
kepada mereka setelah pulih kembali ketenangannya dan hilang rasa paniknya:
"Cubalah bentangkan kepadaku persoalanmu dalam keadaan yang
sebenarnya." Berkata seorh daripada kedua lelaki itu: "Saudaraku ini
memilki sembilan puluh sembilan ekor domba betina dan aku hanya memilki seekor
sahaja. Ia menuntut dan mendesakkan kepadaku agar aku serahkan kepadanya
dombaku yang seekor itu bagi melengkapi perternakannya menjadi genap seratus
ekor. Ia membawa macam-macam alasan dan berbagai dalil yang sangat sukar bagiku
untuk menolaknya, mengingatkan bahawa ia memang lebih cekap berdebat dan lebih
pandai bertikam lidah daripadaku."
Nabi Daud berpaling
muka kepada lelaki yang lain yang sedang seraya bertanya: "Benarkah apa
yang telah diuraikan oleh saudara kamu ini?" "Benar" ,jawab
lelaki itu.
"Jika memang
demikian halnya", kata Daud, dengan marah "maka engkau telah berbuat
zalim kepada saudaramu ini dan memperkosakan hak miliknya dengan tuntutanmu
itu. Aku tidak akan membiarkan engkau melanjutkan tindakanmu yang zalim itu
atau engkau akan menghadapi hukuman pukulan pada wajah dan hidungmu. Dan memang
banyak di antara orang-orang yang berserikat itu yang berbuat zalim satu
terhadap yang lain kecuali mereka yang benar beriman dan beramal soleh."
"Wahai
Daud", berkata lelaki itu menjawab, "sebenarnya engkaulah yang
sepatut menerima hukuman yang engkau ancamkan kepadaku itu. Bukankah engkau
sudah mempunyai sembilan puluh sembilan perempuan mengapa engkau masih
menyunting lagi seorang gadis yang sudah lama bertunang dengan seorang pemuda
anggota tenteramu sendiri yang setia dan bakti dan sudah lama mereka berdua
saling cinta dan mengikat janji."
Nabi Daud tercengang
mendengar jawapan lelaki yang berani, tegas dan pedas itu dan sekali lagi ia
memikirkan ke mana sasaran dan tujuan kata-kata itu, sekonyong-konyong
lenyaplah menghilang dari pandangannya kedua susuk tubuh kedua lelaki itu. Nabi
Daud berdiam diri tidak mengubah sikap duduknya dan seraya termenung sedarlah
ia bahawa kedua lelaki itu adalah malaikat yang diutuskan oleh Allah untuk
memberi peringatan dan teguran kepadanya. Ia seraya bersujud memohon ampun dan
maghfirah dari Tuhan atas segala tindakan dan perbuatan yang tidak diredhai
oleh-Nya. Allah menyatakan menerima taubat Daud, mengampuni dosanya serta
mengangkatnya ke tingkat para nabi dan rasul-Nya.
Adapun gadis yang
dimaksudkan dalam percakapan Daud dengan kedua malaikat yang menyerupai sebagai
manusia itu ialah "Sabigh binti Sya'igh seorang gadis yang berparas elok
dan cantik, sedang calon suaminya adalah "Uria bin Hannan" seorang
pemuda jejaka yang sudah lama menaruh cinta dan mengikat janji dengan gadis
tersebut bahwa sekembalinya dari medan perang mereka berdua akan melangsungkan
perkhawinan dan hidup sebagai suami isteri yang bahagia. Pemuda itu telah
secara rasmi meminang Sabigh dari kedua orang tuanya, yang dengan senang hati
telah menerima baik uluran tangan pemuda itu.
Akan tetapi apa yang
hendak dikatakan sewaktu Uria bin Hannan berada di negeri orang melaksanakan
perintah Daud berjihad untuk menegakkan kalimah Allah, terjadilah sesuatu yang
menghancurkan rancangan syahdunya itu dn menjadilah cita-citanya untuk
beristerikan Sabigh gadis yang diidam-idamkan itu, seakan-akan impian atau fatamorangana
belaka.
Pada suatu hari di
mana Uria masih berada jauh di negeri orang melaksanakan perintah Allah untuk
berjihad, tertangkaplah paras Sabigh yang ayu itu oleh kedua belah mata Daud
dan dari pandangan pertama itu timbullah rasa cinta di dalam hati Daud kepada
sang gadis itu, yang secara sah adalah tunangan dari salah seorang anggota
tenteranya yang setia dan cekap. Daud tidak perlu berfikir lama untuk
menyatakan rasa hatinya terhadap gadis yang cantik itu dan segera mendatangi
kedua orang tuanya meminang gadis tersebut.
Gerangan orang tua
siapakah yang akan berfikir akan menolak uluran tangan seorang seperti Daud
untuk menjadi anak menantunya. Bukankah merupakan suatu kemuliaan yang besar
baginya untuk menjadi ayah mertua dari Daud seorang pesuruh Allah dan raja Bani
Isra'il itu. Dan walaupun Sabigh telah diminta oleh Uria namin Uria sudah lama
meninggalkan tunangannya dan tidak dapat dipastikan bahwa ia akan cepat kembali
atau berada dalam keadaan hidup. Tidak bijaksanalah fikir kedua orang tua
Sabigh untuk menolak uluran tangan Daud hanya semata-mata karena menantikan
kedatangan Uria kembali dari medan perang. Maka diterimalah permintaan Daud dan
kepadanya diserahkanlah Sabigh untuk menjadi isterinya yang sah.
Komentar
Posting Komentar