Hari Sabtunya Bani Isra'il
Di antara ajaran-2
Nabi Musa a.s. kepada Bani Isra'il ialah bahawa mereka mewajibkan untuk
mengkhususkan satu hari pada tiap minggu bagi melakukan ibadah kepada Allah
mensucikan hati dan fikiran mereka dengan berzikir, bertahmid dan bersyukur
atas segala kurnia dan nikmat Tuhan, bersolat dan melakukan perbuatan-2 yang
baik serta amal-2 soleh. Diharamkan bagi mereka pada hari yang ditentukan itu
untuk berdagang dan melaksanakan hal-hal yang bersifat duniawi.
Pada mulanya hari
Jumaatlah yang ditunjuk sebagai hari keramat dan hari ibadah itu, alan tetapi
mereka meminta dari Nabi Musa agar hari ibadah itu dijatuhkan pada setiap hari
Sabtu, mengingatkan bahwa pada hari itu Allah selesai menciptakan makhluk-Nya.
Usul perubahan yang mereka ajukan itu diterima oleh Nabi Musa, maka sejak itu,
hari Sabtu pada setiap minggu daijadikan hari mulia dan suci, di mana mereka
tidak melakukan perdagangan dan mengusahakan urusan-2 duniawi. Mereka hanya
tekun beribadah dan ebrbuat amal-amal kebajikan yang diperintahkan oleh agama.
Demikianlah hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun
namun adat kebiasaan mensucikan hari Sabtu tetap dipertahankan turun temurun
dan generasi demi generasi.
Pada masa Nabi Daud
berkuasa di suatu desa bernama "Ailat" satu diantara beberapa desa
yang terletak di tepi Laut Merah bermukim sekelompok kaum dari keturunan Bani
Isra'il yang sumber percariannya adalah dari penangkapan ikan, perdagangan dan
pertukangan yang dilakukannya setiap hari kecuali hari Sabtu.
Sebagai akibat dari
perintah mensucikan hari Sabtu di mana tiada seorang malakukan urusan dagangan
atau penangkapan ikan, maka pasar-pasar dan tempat-2 perniagaan di desa itu
menjadi sunyi senyap pada tiap hari dan malam sabtu, sehingga ikan-2 di laut
tampak terapung-apung di atas permukaan air, bebas berpesta ria mengelilingi
dua buah batu besar berwarna putih terletak ditepi laut dekat desa
Ailat.Ikan-ikan itu seolah-olah sudah terbiasa bahwa pada tiap malam dan hari
Sabtu terasa aman bermunculan di atas permukaan air tanpa mendapat gangguan
dari para nelayan tetapi begitu matahari terbenam pada Sabtu senja
menghilanglah ikan-ikan itu kembali ke perut dan dasar laut sesuai dengan
naluri yang dimiliki oleh tiap binatang makhluk Allah.
Para nelayan desa
Ailat yang pd hari-hari biasa tidak pernah melihat ikan begitu banyak
terapung-apung di atas permukaan air, bahkan sukar mendapat menangkap ikan
sebanyak yang diharapkan, menganggap adalah kesempatan yang baik dan
menguntungkan sekali bila mereka melakukan penangkapan ikan pada tiap malam dan
hari Sabtu. Fikiran itu tidak disia-siakan dan tanpa menghiraukan perintah
agama dan adat kebiasaan yang sudah berlaku sejak Nabi Musa memerintahkannya,
pergilah mereka ramai-ramai ke pantai menangkap ikan di malam dan hari yang
terlarang itu, sehingga berhasillah mereka menangkap ikan sepuas hati mereka
dan sebanyak yang mereka harapkan, Berbeda jauh dengan hasil mereka di
hari-hari biasa.
Para penganut yang
setia dan para mukmin yang soleh datang menegur para orang fasiq yang telah
berani melanggar kesucian hari Sabtu. Mereka diberi nasihat dan peringatan agar
menghentikan perbuatan mungkar mereka dan kembali mentaati perintah agama serta
menjauhkan diri dari semua larangannya, supay menghindari murka Allah yang dapat
mencabut kurnia dan nikmat yang telah diberikan kepada mereka.
Nasihat dan peringatan
para mukmin itu tidak dihiraukan oleh para nelayan yang membangkang itu bahkan
mereka makin giat melakukan pelanggaran secara demonstratif karena sayang akan
kehilangan keuntungan material yang besar yang mereka perolrh dan penangkapan
ikan di hari-hari yang suci. Akhirnya pemuka-pemuka agama terpaksa mengasingkan
mereka dari pergaulan dan melarangnya masuk ke dalam kota dengan menggunakan
senjata kalau perlu.
Berkata para nelayan
pembangkang itu memprotes: "sesungguhnya kota Ailat adalah kota dan tempat
tinggal kami bersama kami mempunyai hak yang sama seperti kamu untuk tinggal
menetap di sini dan sesekali kamu tidak berhak melarang kami memasuki kota kami
ini serta melarang kami menggali sumber-2 kekayaan yang terdapat di sini bagi
kepentingan hidup kami. Kami tidak akan meninggalkan kota kami ini dan pergi
pindah ke tempat lain. Dan jika engkau enggan bergaul dengan kami maka
sebaiknya kota Ailat ini di bagi menjadi dua bahagian dipisah oleh sebuah
tembok pemisah, sehingga masing-2 pihak bebas berbuat dan melaksanakan usahanya
tanpa diganggu oleh mana-mana pihak lain."
Dengan adanya garis
pemisah antara para nelayan pembangkang yang fasiq dan pemeluk-pemeluk agama yang
taat bebaslah mereka melaksanakan usaha penangkapan ikan semahu hatinya secara
besar-besaran pada tiap-tiap hari tanpa berkecuali.
Mereka membina
saluran-2 air bagi mengalirkan air laut ke dekat rumah-2 mereka dengan
mengadakan bendungan-2 yang mencegahkan kembalinya ikan-2 le laut bila matahari
terbenam pada setiap petang Sabtu pada waktu mana biasanya ikan-2 yang
terapung-apung itu meluncur kembali ke dasar laut.
Para nelayan yang
makin manjadi kaya karena keuntungan besar yang meeka peroleh dari hasil
penangkapan ikan yang bebas menjadi makin berani melakukan maksiat dan
pelanggaran perintah-2 agama yang menjurus kepada kerusakkan akhlak dan moral
mereka.
Sementara para pemuka
agama yang melihat para nelayan itu makin berani melanggar perintah Allah dan
melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di daerah mereka sendiri masih rajin
mendatangi mereka dari masa ke semasa memperingatkan mereka dan memberi nasihat
, kalau-2 masih dapat ditarik ke jalan yang benar dan bertaubat dari perbuatan
maksiat mereka. Akan tetapi kekayaan yang mereka peroleh dari hasil penangkapan
yang berganda menjadikan mata mereka buta untuk melihta cahaya kebenaran,
telinga mereka pekak untuk mendengar nasihat-2 para pemuka agama dan lubuk hati
mereka tersumbat oleh nafsu kemaksiatan dan kefasiqan, sehingga menjadikan
sebahagian dari pemuka dan penganjur agaam itu berputus asa dan berkata kepada
sebahagian yang masih menaruh harapan: "Mengapa kamu masih menasihati
orang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah dan akan ditimpahi hati orang-orang
yang akan dibinasakan oleh Allah dan akan ditimpahi azab yang sangat
keras."
Demikianlah pula Nabi
Daud setelah melihat bahawa segala nasihat dan peringatan kepada kaumnya hanya
dianggap sebagai angin lalu atau seakan suara di padang pasir belaka dan
melihat tiada harapan lagi bahwa mereka akan sedar dan insaf kembali maka
berdoalah beliau memohon kepada Allah agar menggajar mereka dengan seksaan dan
azab yang setimpal.
doa Nabi Daud
dikabulkan oleh Allah dan terjadilah suatu gempa bumi yang dahsyat yang
membinasakan orang-orang yang telah membangkang dan berlaku zalim terhadap diri
mereka sendiri dengan mengabaikan perintah Allah dan perintah para hamba-Nya
yang soleh. Sementara mereka yang mukmin dan soleh mendapat perlindungan Allah
dan terhindarlah dari malapetaka yang melanda itu.
Komentar
Posting Komentar