Nabi Musa dan Qarun si Kaya Raya
Qarun adalah nama
seorang drp kaum Nabi Musa dan keluarganya yang dekat. Ia dikurniai Allah
kelapangan rezeki dan kekayaan harta benda yang besar yang tidak ternilai
bilangannya. IA hidup mewah, selalu mujur dalam usahanya mengumpulkan kekayaan,
sehingga menjadi padatlah khazanahnya dengan harta benda dan benda-2 yang sgt
berharga. Sampai-2 para juru kuncinya tidak berdaya membawa atau memikul
kunci-2 peti khazanahnya karena sgt byk dan beratnya. Ia hidup secara mewah dan
menonjol di antara kaum dan penduduk kotanya. Segala-galanya adlah luar biasa
dan lain drp yang lain. Gedung-2 tempat tinggalnya ,pakaiannya sehari-hari
,pelayan-2nya dan hamba-2 sahayanya yang bilangannya melebihi keperluan. Dan
walaupun ia tenggelam dalam lautan kenikmatan duniawi yang tiada taranya pada
masa itu, ia merasa masih belum puas dengan tingkat kekayaan yang ia miliki dan
terus berusaha mengisi khazanahnya yang sudah padat itu, sifat mausia yang
serakah yang tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah dicapai. Jika ia
sudah memiliki segantang emas ia ingin memperolhi segantang yang kedua dan
demikian seterusnya.
Sebagaimana halnya
dengan kebykan orang-orang kaya yang telah dimabukkan oleh harta bendanya maka
Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai kewajiban sosial dengan
harta kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya memikirkan kesenangan dan
kesejahteraan peribadinya, memikirkan bagaimana ia dapat menambahkan
kekayaannya yang sudah melimpah-limpah itu. Ia telah dinasihati oleh pemuka-2
kaumnya agar ia menyediakan sebahagian daripada kekayaannya bagi menolong para
fakir miskin, menolong orang-orang yang telanjang yang tidak berpakaian dan
lapar tidak dapat makanan. Ia diperingatkan bahwa kekayaan yang ia perolehi itu
adalah kurniaan dari Tuhan yang harus disyukuri dengan beramal kebajikan
terhadap sesama manusia dan melakukan perbuatan-2 yang dapat meringankan
penderitaan orang-orang yang ditimpa musibah atau menderita cacat.
Diperingatkan bahwa Allah yang telah memberinya rezeki yang luas itu dapat sewaktu-waktu
mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban sosialnya.
Nasihat yang baik dan
peringatan yang jujur yang dikemukakan oleh pemuka-pemuka kaumnya itu tidak
diendahkan oleh Qarun dan tidak mendapat tempat didalam hatinya.Ia bahkan
merasa bahwa karena kekayaannya ialah yang harus memberi nasihat dan bukan
menerima nasihat. Orang harus tunduk kepadanya, mematuhi perintahnya, mengiakan
kata-katanya dan membenarkan segala tindak tanduknya. IA menyombongkan diri
dengan mengatakan kepada orang-orang yang memberikan nasihat itu bahwa kekayaan
yang ia miliki adalah semata-mata hasil jerih payahnya dan hasil kecekapan dan
kepandaiannya berusaha dan bukan merupakan kurnia atau pemberian dari sesiapa
pun. Karenanya ia bebas menggunakan harta kekayaannya menurut kehendak hatinya
sendiri dan tidak merasa terikat oleh kewajipan sosial berupa pertolongan dan
bantuan kepada para fakir miskin dan para penderita yang memerlukan bantuan dan
pertolongan.
Sebagai tentangan bagi
para orang yang menasihatinya, Qarun makin meningkatkan cara hidup mewahnya dan
secara menyolok mempamerkan kekayaannya dengan berlebih-lebihan. Bila ia
keluar, Ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang bergemerlapan, membawa
pengantar dan pembantu lebih banyak daripada biasanya dan mengenderai kuda-kuda
yang dihiasi dengan indah dan cantik. Kemewahan yang ditonjolkan secara
menyolok itu ,merasakan iri-hati dikalangan penduduk terutama mereka yang masih
lemah imannya. Mereka berbisik-bisik diantara sesama mereka mengeluh dengan
berkata: "Mengapa kami tidak diberi rezeki dan kenikmatan seperti yang
telah diberikan kepada Qarun? Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah
bahagianya dia dalam hidupnya di dunia ini! Dan mengapa Tuhan melimpahkan
kekayaan yang besar itu kepada Qarun yang tidak mempunyai rasa belas kasihan
terhadap orang-orang yang melarat dan sengsara, orang-orang yang fakir dan
miskin yang memerlukan pertolongan berupa pakaian mahupun makanan.Dimanakah
letak keadilan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih itu?"
Qarun yang tidak
mengabaikan anjuran orang, agar ia secara sukarela menyediakan sebahagiaan
harta kekayaannya untuk disedekahkan kepada orang-orang yang memerlukannya,
melarat dan miskin akhirinya didatangi oleh Nabi Musa menyampaikan kepadanya
bahwa Allah telah mewahyukan perinyah berzakat bagi tiap-tiap orang yang kaya
dan berada. Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam harta kekayaan tiap ada
bahagian yang telah ditentukan oleh Tuahn sebagai hak orang-orang yang melarat
dan fakir miskin yang wajib diserahkan kepada mereka.
Qarun merasa jengkel
memerima perintah wajib berzakat itu dan menyatakan keraguan dan kesangsian
kepada Musa. Ia berkata: "Hai MUsa kami telah membantumu dan menyokongmu
dalam dakwahmu kepada agama barumu. Kami telah menuruti segala perintahmu dan
mendengarkan segala kata-katamu. Sikap kami yang lunak itu terhadap dirimu
telah memberanikan engkau bertindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan
mulailah engkau ingin meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin juga
menguasai harta kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu hati dan fikiran
kami sebulat-bulatnya. Dengan perintah wajib zakatmu ini engkau telah membuka
topengmu dan menunjukkan dustamu dan bahwa engkau hanya seorang pendusta dan
ahli sihir belaka."
Tuduhan Qarun yang
ingin melepaskan dirinya dari wajib berzakat itu ditolak oleh Nabi Musa yang
menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat iut tidak dapat ditawar-tawar dan
harus dilaksanakan karena ia adalah perintah Allah yang harus ditaati dan
dilaksanakan dengan semestinya.
Quran tidak dapat
jalan untuk mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah berbantah dan
berdebat dengan Musa maka ia menyerah dan ditentukan berapa besar yang harus ia
keluarkan zakat harta kekayaannya.
Setelah tiba di rumah
dan menghitung-hitung bahagian yang harus dizakatkan dari harta miliknya Qarun
merasa terlampau besar yang harus dizakatkan dan merasa sayang bahwa ia harus
mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah wang tanpa meperolehi imbalan sesuatu
keuntungan dan laba. Fikir punya fikir dan timbang punya timbang akhirnya Qarun
mengambil keputusan untuk tidak akan mengeluarkan zakat walau apapun yang akan
terjadi akibat tindakannya itu.
Utk menguatkan aksi
pemboikotannya terhadap kewajiban mengeluarkan zakat, Qarun menyebarkan fitnah
kepada Nabi Musa dengan maksud menarik orang agar menjadikan penunjang aksinya
dan mengikutinya menolak menolak kewajiban mengeluarkan zakat sebagaimana
diperintahkan oleh Nabi Musa. Ia menyebarkan fitnah seolah-olah Nabi Musa
dengan dakwahnya dan penyiaran agama barunya bertujuan ingin memperkayakan diri
dan bahwa perintah zakatnya itu adalah merupakan cara perampasan yang halus
terhadap milik-milik para pengikutnya.
Lebih jahat lagi untuk
menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawaannya, Qaru bersekongkol dengan seorang
wanita yang diajarinya agar mengaku didepan umum bahwa ia telah melakukan
perbuatan zina dengan Musa. Akan tetapi Allah tidak rela nama Rasul-Nya
tercemar oleh tuduhan palsu yang diaturkan oleh Qarun itu. Maka digerakkanlah
hati wanita sewaannya itu untuk mengatakan keadaan yang sebenarnya dan bahwa
apa yang ia tuduhkan kepada Nabi Musa adalah fitnahan dan ajaran Qarun
semata-mata dan bahawasannya Musa adalah bersih dari perbuatan yang dituduh
itu.
Setelah ternyata bagi
Nabi Musa bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa ia tidak dapat diharap
menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi perintah-2 Allah terutama perintah
wajib zakat bahkan ia dapat merusakkan akhlak dan iman para pengikut Musa
dengan sikap dan cara hidupnya yang berlebih-lebihan mewahnya, ditambahkan pula
usahanya yang tidak henti-2 merusakkan kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan
fitnahan dan berbagai hasutan maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu berdoa ia
kepada Allah agar menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang sombong dan congkak itu,
agar menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya yang sudah mulai goyah imannya
melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah yang telah Allah kurniakan kepada
Qarun yang membangkang itu.
Maka dengan izin Allah
yang telah memperkenankan doa Nabi Musa terjadilah tanah runtuh yang dahsyat di
atas mana terletak bangunan gedung-gedung yang mewah tempat tinggal Qarun dan
tempat penimbunan kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun hidup-hidup
berserta semua milik kekayaan yang menjadi kebaggaannya.
Peristiwa yang menimpa
Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi ibrah bagi pengikut-2 Nabi Musa serta
ubat rohani bagi mereka yang beriri hati dan mendambakan kenikmatan dan
kemewahan hidup sebagaimana yang telah dialami oleh Qarun. Mereka berkata
seraya bersyukur kepada Allah:
"Sekiranya Allah telah melimpahkan rahmat
dan kurnia-Nya, nescaya kami dibenamkan pula seperti Qarun yang selalu kami
inginkan kedudukan duniawinya. Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami
beriri hati dan mendambakan kekayaannya yang membawa binasa baginya. Aduhai
benar-2 tidaklah beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah."
Isi cerita tersebut di
atas dapat dibaca dalam surah "Qashash" ayat 76 sehingga 82 dan surah
"Al-Ahzaab" ayat 69 sebagaimana berikut :~
"76~Sesungguhnya
Qarun adalah termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya terhadap mereka dan Kami
telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-nya sungguh
berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-2. {Ingatlah{ ketika kaumnya berkata
kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri." 77~ Dan carilah pada
apa yang telah dianugerahkan kepada mu {kebahagiaan} negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari {kenikmatan} duniawi dan berbuat
baiklah {kepada orang lain} sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan
janganlah kamu berbuat kerusakkan di {muka} bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakkan. 78~ Qarun berkata: "Sesungguhnya
aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak
mengetahui bahwasannya Allah sungguh telah membinasakan umat-2 sebelumnya yang
lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu
ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. 79~ Mak
keluarlah Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang
menghendaki kehidupan dunia: " Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti
apa yang telah diberikan kepada Qarun , sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
peruntungan yang besar." 80~ Berkatalah orang-orang yang telah dianugerahi
ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebihbaik bagi
orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan tidak diperoleh pahala itu
kecuali oleh orang-orang yang sabar." 81~ Mak Kami benamkan Qarun berserta
rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang
menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang {yang
dapat} membela {dirinya}. 82~ Dan jadilah orang-orang yang kelmarin
mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata: "aduhai, benarlah Allah
melapangkan rezeki bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan
menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan kurnia-Nya atas kita benar-benar
Dia {Allah} telah membenamkan kita {pula}. Aduhai benarlah, tidak beruntung
orang-orang yang mengingkari {nikmat} Allah." { Al-Qashash : 76 ~ 82 }
Komentar
Posting Komentar